Senin, 05 Desember 2011

TINJAUAN PUSTAKA


  TINJAUAN PUSTAKA
1.1.         Routing
Routing adalah proses menentukan rute dari host asal ke host tujuan.[4] Routing merupakan proses memindahkan data dari satu network ke network lain dengan cara meforward paket data via gateway. Routing menentukan kemana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan.[1] Informasi yang dibutuhkan router dalam melakukan routing yaitu:
1.      Alamat Tujuan/Destination Address
2.      Mengenal sumber informasi
3.      Menemukan rute
4.      Pemilihan rute
5.      Menjaga informasi routing
Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang kemudian ditempatkan pada tabel routing. Router akan berpatokan pada tabel ini, untuk memberitahu port yang akan digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan.
Ada dua cara untuk memberitahu router bagaimana cara meneruskan paket ke jaringan yang tidak terhubung langsung (not directly connected) di badan router. Dua metode untuk mempelajari rute melalui jaringan adalah :
1.2.         Protokol Routing
Routing protokol adalah komunikasi antara router-router. Routing protokol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya. Seperti pada gambar di bawah ini.
1.2.1.      Static routing dan Dynamic Routing
Static routing yaitu suatu routing dimana informasi table routing di entry atau dibentuk secara manual oleh Administrator, dan harus memperbarui rute statis ini secara manual ketika terjadi perubahan topologi antar jaringan (internetwork). [1]
Keuntungan static route:
  • Static route lebih aman dibanding dynamic route
  • Static route kebal dari segala usaha hacker melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.
·         processor lebih ringan
·         menghemat bandwith yang dipakai karena tidak ada pertukaran data table antar router
Kerugian:
  • Administrasinya cukup rumit dibanding Dynamic routing jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
  • Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual.
·         jika jaringan besar maka mekanisme ini akan sangat tidak efisien karena harus dilakukan pada setiap router
·         apabila ada perubahan atau penambahan sumber daya di dalam jaringan maka table routing juga harus segera diubah secara manual.
·         informasi dari tiap router harus diketahui oleh administrator
Dinamic routing adalah proses pengisian data routing pada routing table secara otomatis.[8] Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Sehingga router-router dapat mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram.
Untuk mempresentasikan arah Dynamic routing mengunakan nilai metric yang didalamnya terdapat parameter-parameter untuk menghasilkan nilai metric tersebut. Parameter yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuh nilai metric adalah:
1.      Hop count, berdasarkan banyaknya router yang dilewati
2.      Ticks, berdasarkan waktu yang diperlukn
3.      Cost, berdasarkan perbandingan sebua nilai standart dgn banwith yang tersedia
Composite metic, berdasarkan hasil perhitungan dari parameter-parameter yaitu bandwith, delay, load, reliability.
Keuntungan Routing dinamis yaitu:[1]
1.      Lebih mudah dikelola, karena tidak banyak memerlukan konfigurasi manual.
2.      Dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi internetwork.
3.      Route ditentukan berdasarkan informasi dari router lain.

1.2.2.      Distance vector
Algoritma routing distance vectorsecara periodik menyalin table routing dari router ke router. Perubahan tabel routing ini diupdate antar router yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance vectorjuga disebut dengan algoritma Bellman-Ford. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung langsung.
1.2.3.      Link State Routing
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi. Link-state advertisement (LSA) adalah paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router. Topological database adalah kumpulan informasi yang dari LSA-LSA. Routing table – adalah daftar rute dan interface
Ada beberapa titik berat yang berhubungan dengan protokol link-state:
·         Processor overhead
·         Kebutuhan memori
·         Konsumsi bandwidth
Router-router yang menggunakan protokol link-state membutuhkan memori lebih dan proses data yang lebih daripada router-router yang menggunakan protokol distance vector. Router link-state membutuhkan memori yang cukup untuk menangani semua informasi dari database, pohon topologi dan table routing.
1.3.         OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF bekerja berdasarkan algoritma Shortest Path First yang dikembangkan berdasarkan algoritma Dijkstra. Sebagai Interior Gateway protokol (IGP). Interior Gateway protokol atau Interior Routing Protokol dikembangkan untuk menghubungkan router-router dibawah kendali administrator jaringan.[1] OSPF mendistribusikan informasi routingnya di dalam router-router yang tergabung ke dalam suatu Autonomous Sytem (AS). Autonomous Sytem adalah jaringan yang dikelola oleh administrator setempat. OSPF menggunakan protokol routing link-state,  didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. OSPF merupakan protokol alternatif untuk menutupi kelemahan RIP. OSPF juga merupakan protokol routing yang menggunakan prinsip multipath (multi path protokol) dapat mempelajari berbagai rute dan memilih lebih dari satu rute ke host tujuan.
OSPF digunakan bersamaan dengan Internet protokol (IP), maksudnya paket OSPF dikirim bersamaan dengan header paket data IP. Setiap router OSPF mempunyai database yang identik yang menggambarkan topologi suatu Autonomous System yang disebut dengan Link State database (Topological database). Dari database ini, perhitungan Shortest Path First dilakukan untuk membentuk Routing Table. Perhitungan ulang terhadap Shortest Path First dilakukan apabila terjadi perubahan pada topologi jaringan. OSPF memungkinkan beberapa jaringan untuk dikelompokkan bersama. Pengelompokkan seperti ini dinamakan dengan area dan topologinya tersembunyi dari seluruh Autonomous System. Informasi yang tersembunyi ini memungkinkan penurunan traffic routing. Dengan menggunakan konsep area sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi. Dengan adanya distribusi routing yang teratur, maka penggunaan bandwidth akan lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute terbaik dalam mengirim paket.[5]

KESIMPULAN


KESIMPULAN

Dari pengujian diatas, penurunan rata-rata time antara area pada Traffic Load untuk Application Ping secara garis besar 0,067%, dan penurunan rata-rata time untuk Application FTP secara garis besar 0,15%. Semakin kecilnya nilai time menunjukkan bahwa pengiriman paket semakin cepat, hal ini menunjukkan bahwa kinerja routing semakin optimal. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak area pada jaringan OSPF dan pengelompokan area yang tepat, maka semakin optimal model routing OSPF. Dengan semakin optimal kinerja routing, maka dapat menekan kinerja Processor, Kebutuhan memori dan Konsumsi bandwidth. Oleh karena itu yang terpenting pada jaringan OSPF adalah perancangan topologi jaringan dan konfigurasi routing OSPF yang tepat. Perancangan topologi jaringan yang baik dapat mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan.

PENGUJIAN


PENGUJIAN
Pengujian dilakukan menggunakan simulasi Traffic Generator pada Desktop masing-masing PC. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan paket antar PC menggunakan application Ping dan FTP dengan beban tertentu dan interval periodik tertentu sebagai simulasi penerapan Traffic Load. Dari simulasi tersebut, dilakukan pencatatan waktu (time) yang dibutuhkan dalam pengiriman paket. Dari hasil time tersebut dapat dilakukan analisa untuk mencpai kesimpulan.
  1. Aplikasi Ping
Disikan Nilai TTL (Time to Live) yaitu 255, nilai TOS (Time of Service) yaitu 255, Sequence Number  1 dan size untuk beban 14000 bit. TTL merupakan lama waktu paket saat mengirim hingga sampai lagi. Setting ini berlaku untuk setiap PC pada semua Model area yang akan diujikan.

Gambar 7. Traffic Genarator Desktop PC
Namun pada  Destination IP address dan Souce IP Address disesuaikan sebagai berikut:

Tabel 6. Tabel IP PC asal dan tujuan pengiriman paket
Source IP Address
Destination IP Address
192.168.10.2
192.168.70.2
192.168.20.2
192.168.80.2
192.168.30.2
192.168.10.2
192.168.40.2
192.168.20.2
192.168.50.2
192.168.30.2
192.168.60.2
192.168.40.2
192.168.70.2
192.168.50.2
192.168.80.2
192.168.60.2

Pada Simulation Settings, Periodic Interval dapat diisikan 3 second, sehingga proses pengiriman data akan berulang 3 detik sekali. Lakukan hal yang sama pada semua PC sehingga dapat terjadi traffic load pada Jaringan.
 
Gambar 8. Traffic Load pada Jaringan
Dari Traffic Load diatas, dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk mengirim paket antar PC untuk masing-masing area sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Waktu
 Source IP Address
Destination IP Address
TIME (SECOND) MODEL OSPF
1 Area
3 Area
4 Area
5 Area
192.168.10.2
192.168.70.2
0.012
0.012
0.010
0.010
192.168.20.2
192.168.80.2
0.012
0.010
0.010
0.010
192.168.30.2
192.168.10.2
0.012
0.010
0.008
0.008
192.168.40.2
192.168.20.2
0.012
0.012
0.010
0.008
192.168.50.2
192.168.30.2
0.012
0.010
0.010
0.010
192.168.60.2
192.168.40.2
0.012
0.012
0.012
0.010
192.168.70.2
192.168.50.2
0.012
0.012
0.012
0.012
192.168.80.2
192.168.60.2
0.012
0.010
0.012
0.012
Rata-rata
0.012
0.011
0.0105
0.010

  1. Aplikasi FTP
Disikan Nilai TTL (Time to Live) yaitu 255, nilai TOS (Time of Service) yaitu 255, source port 80, destination port 21 dan size 10000 bit. Setting ini berlaku untuk setiap PC pada semua Model area yang akan diujikan.
Gambar 9. Traffic Genarator Desktop PC
Namun pada  Destination IP address dan Souce IP Address disesuaikan sebagai berikut:

Tabel 8. Tabel IP PC asal dan tujuan pengiriman paket
Source IP Address
Destination IP Address
192.168.10.2
192.168.70.2
192.168.20.2
192.168.80.2
192.168.30.2
192.168.10.2
192.168.40.2
192.168.20.2
192.168.50.2
192.168.30.2
192.168.60.2
192.168.40.2
192.168.70.2
192.168.50.2
192.168.80.2
192.168.60.2

Pada Simulation Settings, Periodic Interval dapat diisikan 5 second, sehingga proses pengiriman data akan berulang 5 detik sekali. Lakukan hal yang sama pada semua PC sehingga dapat terjadi traffic load pada Jaringan. Simulasi Traffic Load Aplication FTP hampir sama dengan Simulasi Traffic Load Aplication Ping.
Gambar 10. Traffic Load pada Jaringan

Dari Traffic Load, dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk mengirim paket antar PC untuk masing-masing area sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Waktu
 Source IP Address
Destination IP Address
TIME (SECOND) MODEL OSPF
1 Area
3 Area
4 Area
5 Area
192.168.10.2
192.168.70.2
0.014
0.012
0.010
0.010
192.168.20.2
192.168.80.2
0.014
0.010
0.010
0.010
192.168.30.2
192.168.10.2
0.010
0.010
0.006
0.008
192.168.40.2
192.168.20.2
0.010
0.012
0.010
0.008
192.168.50.2
192.168.30.2
0.014
0.010
0.010
0.010
192.168.60.2
192.168.40.2
0.014
0.014
0.014
0.010
192.168.70.2
192.168.50.2
0.010
0.014
0.014
0.012
192.168.80.2
192.168.60.2
0.014
0.010
0.014
0.012
Rata-rata
0. 0125
0.0115
0.011
0.008